BERITAPENAJAM.Net Kepala Bidang Perdagangan, Dinas Koperasi, UKM, Perindagkop Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Rusli, mengungkapkan sepinya pembeli di Pasar Penajam yang berada di Kilometer 4 Penajam, Kelurahan Nenang, PPU juga dirasakan hampir semua pasar lainnya yang ada di PPU.
“ Saya kira jika ada keluhan sepinya pembeli itu bukan hanya di pasar penajam saja. Tetapi hampir semua sepi pembeli atau penurunan penjualan terjadi diseluruh pasar di PPU seperti di Babulu, Sepaku dan Waru, “ jelas Rusli saat dihubungi di ruang kerjanya, Selasa, (13/12) kemarin.
Dia menjelaskan, sepinya pembeli di sejumlah pasar saat ini salah satunya disebabkan karena kondisi ekonomi daerah yang mengalami penurunan. Dengan kondisi tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap perekonomian di lingkungan masyarakat. Pada akhirnya lanjut dia, daya beli masyarakatpun menurun.
“Melihat kondisi tersebut kita juga tidak bisa berbuat banyak. Tetapi yang jelas, pemerintah daerah selalu memberikan yang terbaik kepada seluruh pedagang yang ada, termasuk di pasar penajam, sehingga apa yang mereka harapkan dapat terwujud, “imbuhnya.
Ditambahkan Rusli, jika ada ungkapan yang menyebutkan bahwa sepinya pasar disebabkan karena sulitnya transportasi menuju pasar sebenarnya tidak benar, karena menurutnya angkutan umum untuk menuju ke pasar penajam juga banyak ditemui.
“Kita juga minta kepada angkutan umum yang melintas pasar penajam, baik mereka yang sedang membawa penumpang atau tidak sebaiknya harus masuk berputar melintasi pasar, “harapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, para pedagang di Pasar Penajam yang berada di Kilometer 4 Penajam, Kelurahan Nenang, Kabupaten PPU, mengeluhkan sepinya pembeli sejak sentra perdagangan tradisional yang mereka tempati dibuka pada Oktober 2014.
Sejumlah pedagang yang ditemui di pasar Penajam, mengatakan sejak pindah ke pasar yang baru tersebut, omzet mereka menurun bahkan sebagian besar mengalami kerugian, kendati telah berjualan sejak pagi hingga sore hari karena dagangan mereka tidak terjual habis.
“Sejak berjualan di Pasar Penajam, penghasilan yang saya dapatkan masih di bawah penghasilan ketika saya berjualan di pasar Kilometer 1,” kata Marta Duma, salah satu pedagang sayur mayur di Pasar Penajam.
Pasar Penajam Kilometer 4 merupakan sentra perdagangan tradisional yang dibangun Pemkab PPU untuk menggantikan pasar lama yang berada di Kilometer 1 Penajam. Kondisi Pasar Penajam yang sepi pengunjung tersebut, membuat Marta Duma dan pedagang lainnya sering membuang sayur mayur dagangannya karena rusak tidak laku terjual.
“Padahal saya jual satu ikat sayur mayur itu Rp3.000 yang terbilang murah, tapi banyak yang tidak terjual karena sepi pembeli,” jelasnya.
Menurutnya, sepinya pembeli di Pasar Penajam kemungkinan disebabkan lokasi pasar yang jauh dari jalan raya, serta adanya pasar liar yang beroperasi di Kelurahan Gunung Seteleng, Kecamatan Penajam.
“Dalam sehari pedagang sayur mayur di Pasar Penajam paling besar hanya mampu mendapatkan Rp50.000. Bagaimana pedagang di Pasar mau sejahtera, kalau pembelinya sepi sehingga pendapatan tidak sebanding dengan biaya retribusi yang dibebankan per bulan,” ujar Naima, pedagang sayur mayur lainnya menimpali. ,” tambahnya
Untuk menutup kerugian, Naima terpaksa membagikan secara gratis kepada pedagang atau mengkonsumsi sendiri sayur mayur dagangannya yang tidak laku terjual.
Pedagang berharap Pemerintah Kabupaten PPU memperhatikan keluhan para pedagang Pasar Penajam, karena tidak adanya angkutan umum masuk area pasar sehingga membuat masyarakat lebih memilih berbelanja di pasar liar di Kelurahan Gunung Seteleng yang aksesnya lebih mudah. (Humas6)