Oleh: Reni Ofriyanti, S.Pd
(Guru PKn SMPN 14 Sijunjung)
BERITAPENAJAM.Net – Dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan pada zaman kolonialisme para pejuang kita bersusah payah dengan mempertaruhkan nyawa, mereka rela berkorban dan bertaruh apa saja untuk membebaskan negeri ini dari belenggu penjajahan. Semuanya mereka lakukan dengan penuh rasa nasionalisme dan patriotisme yang tinggi, puncaknya pada konggres pemuda II yang menghasilkan sumpah pemuda.
Seiring dengan berkembangnya zaman, rasa nasionalisme dan patriotisme itu mulai pudar. Contoh sederhana saja dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari generasi muda kita, diantaranya; pada saat upacara bendera, masih banyak yang tidak memknai arti dari upacara itu sendiri karena mereka sibuk dengan kepentingannya, sehingga mereka tidak mengikuti dengan khidmad upacara itu sendiri. Para generasi muda kita lebih bangga memakai produk luar negeri dari pada produk bangsa sendiri. Contoh lainnya upacara nasional hanya dimaknai sebagai seremonial dan hiburan saja tanpa diiringi nasionalisme dan patriotisme.
Nasionalisme dan patriotisme itu muncul apa bila ada suatu faktor pendorong, seperti pengklaiman kebudayaan daerah Indonesia oleh Malaysia beberapa waktu yang lalu, namun seiring dengan meredanya konflik itu nasionalisme dan patriotisme pemuda kita juga berkurang. Ironis memang bila kita bandingkan dengan semangat dan usaha gigih para pejuang kita untuk merebut kemerdekaan dari belenggu penjajahan, mereka rela mempertaruhkan nyawa, raga dan hartanya.
Perlu kita sadari bahwa fungsi pendidikan sangat berperan penting dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme generasi muda. Pembiasaan bangga sebagai bangsa Indonesia yang berbhineka tunggal ika dengan keelokan negeri dengan segala kekayaan dan pesonanya, merupakan langkah untuk menumbuhkan rasa nasionalisme. Sejak dini kita perkenalkan pada generasi muda kita, produk negeri kita, bahasa kebangsaan, bendera negara dan perjuangan para pahlawan kita untuk udara merdeka yang kita hirup sekarang.
Ada beberapa pengertian tentang nasionalisme sebagai acuan bagi kita semua, diantaranya: Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,1997:648). Nasionalisme diartikan sebagai kesdaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial dan aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, identitas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu yakni semangat kebangsaan.
Menurut Ernest Renan syarat bangsa yaitu adanya sebuah le desir d etre ensembel, nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan bernegara. Keinginan untuk bersatu itu bisa disebabkan oleh persamaan latar belakang sejarah, kebudayaan, tradisi dan kepentingan. Menurut Hans Kohn, nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya national Counciousness. Dengan kata lain nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri.
Menurut L. Stoddard, naionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sabagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama didalam suatu bangsa. Menurut Otto Beuar dalam bukunya yang berjudul Die Nationalitatenfrage, otto Beuar bertanya Was ist eine Nation? Nasionalisme itu suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena perasaan senasib.
Menurut Dr. Hertz, ada empat unsur nasionalisme, yaitu hasrat untuk mencapai kesatuan, hasrat untuk mencapai kemerdekaan, hasrat untuk mecapai keaslian dan hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa. (Djaja, Wahjudi. Pancasila diantara ideologi besar dunia. 2009. Cempaka Putih).
Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan mendalam terhadap bangsa itu sendiri.
Sekarang rasa nasionalisme dan kebangsaan sebagian besar dari generasi muda kita telah memudar, hal ini disebabkan karena semakin minimnya pemahaman generasi muda terhadap budaya dan sejarah bangsanya. Generasi muda sekarang lebih cenderung meniru budaya luar dan mereka merasa bangga dengan budaya bangsa lain. Kita lihat saja dikalangan pelajar kita yang demam korea, mulai dari model pakaian, rambut, sepatu, film, nyanyian dan kecantikan, semuanya meniru budaya korea.
Generasi muda sekarang lebih cenderung mengikuti budaya barat yang sangat jauh perbandingannya dengan norma dan adat istiadat bangsa kita. Mereka malu menggunakan produk lokal karena mereka menganggap produk lokal tidak mengikuti perkembangan zaman. Dikalangan pelajar yang sangat menonjol adalah tawuran antar pelajar yang kadang kala memakan korban nyawa baik dari pelajar itu sendiri atau orang lain yang melintas di tempat tawuran. Hal ini menendakan semakin menipisnya rasa persatuan diantara sesama pelajar, yang mengarah kepada lunturnya nasionalisme.
Faktor utama memudarnya rasa nasionalisme dan patriotisme generasi harapan bangsa ini, terutama disebabkan oleh contoh yang salah dan kurang mendidik yang diperlihatkan oleh generasi tua atau kaum tua, yang cenderung mementingkan kepentingan pribadi dan golongan dari pada kepentingan bangsa dan negara. Kaum tua ini juga kerap memperlihatkan contoh sikap tidak disiplin dan rasa tanggung-tawab terhadap lingkungan negaranya. Contoh kecil saja ketika tawuran antar kampung yang kerap dilakukan oleh orang-orang dewasa, ketika bendera merah putih dinaikan jarang sekali kita melihat masyarakat yang berhenti untuk memberikan penghormatan.
Berbagai faktor bisa saja menjadi penyebab memudarnya rasa nasionalisme dikalangan generasi muda, seperti: Sikap keluarga dan sekitar yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme dan patriotisme, terkuaknya berbagai kasus korupsi, penggelapan uang negara dan penyalahgunaan jabatan oleh aparat pemerintah membuat generasi muda kecewa terhadap kinerja pemerintah, sikap etnosentris dikalangan generasi muda sehingga hal ini dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa, tertinggalnya Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan membuat mereka tidak bangga menjadi bagian Indonesia, demokrasi yang melewati batas etika dan moral, dan paham individualismen dari barat mengikis rasa kebersamaan dalam masyarakat (Yanni Emrita, Menumbuhkan Nasionalisme. 2014 (hal 6-7).
Berbagai pengaruh diatas memang tidak secara langsung berdampak terhadap rasa nasionalisme dan patriotisme generasi muda. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau bahkan hilang. Untuk itu sebelum rasa nasionalisme itu benar-benar hilang dituntuk kolaborasi yang apik dan berkesinambungan dari keluarga, para pendidik dan pemerintah. Dalam keluarga tanamkan rasa cinta kepada bangsa dengan memberikan tauladan kepada anak-anak dan anggota keluarga lainnya sejak dini.
Di lingkungan pendidikan berikan pelajar kita pendidikan kewarganegaraan, pendidikan pancasila, pendidikan moral dan etika sehingga mereka tidak mudah menyerap nilai-nilai negatif, laksanakan upacara dengan khidmad disekolah.
Pemerintah menggalakan berbagai kegiatan yang dapat menumbuhkan pemahaman dan kecintaan terhadap bangsa dan negaranya seperti seminar, pameran kebudayaan atau pergelaran seni, atau pemerintah mewajibkan pemakaian songket sebagai warisan budaya dan yang terpenting pemerintah mendengarkan aspirasi gernerasi muda untuk Indonesia lebih baik. (Kolansi:2015). ***
Sumber :wahanamedia.com