BERITAPENAJAM.NET-Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) sebagai kabupaten yang memiliki garis pantai dengan panjang mencapai puluhan kilo meter dengan hamparan ribuan pohon kelapa disekitarnya. Dengan luasan perkebunan kelapa yang ada, Kabupaten PPU juga mampu menjadi salah satu pemasok kelapa terbesar di Kalimantan Timur (Kaltim).
Ribuan butir kelapa tua yang ada tersebut sebagian besar berasal dari Kecamatan Penajam. Setiap harinya buah kelapa tua ini dikirim ke berbagai kota diantaranya Balikpapan, Samarinda, Batu kajang dan Tanah Grogot di Kabupaten Paser bahkan sesekali dikirim hingga ke Kalimantan Selatan.
Saat ditemui sejumlah petani kelapa di PPU, salah satunya seorang pekerja bernama Firdaus asal Tanjung Jumlai menjelaskan ribuan butir kelapa diambil setiap harinya dari petani yang berada di Kelurahan Saloloang, Tanjung Tegah hingga Pejala.
“Harga beli kelapa yang masih berserabut adalah Rp.3.300. Kemudian dikupas dengan upah Rp125-Rp150 per butirnya. Setelah dikirim ke luar kota dapat dijual dengan harga Rp3.500 untuk ukuran sedang dan Rp.4.500 untuk ukuran besar,” jelasnya saat ditemui, Senin, (12/2) kemarin.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten PPU, jumlah populasi pohon kelapa di Kelurahan Penajam saja mencapai 1,8 juta batang pohon dengan produksi mencapai 5,4 juta butir buah setiap kali panen. Jika setahun dua kali panen, maka produk si dari Kelurahan ini mencapai 10,8 juta butir buah tua. Sungguh angka yang fantastis untuk sebuah kelurahan.
Sejak beberapa decade, penduduk pesisir pantai memang menanam pohon kelapa sebagai “investasi jangka panjang” disela pekerjaan utama mereka sebagai nelayan.
Lebih lanjut kata Firdaus, untuk mengupas kelapa-kelapa ini hanya dipergunakan alat sederhana bernama “sungke”. Ujungnya mirip seperti ujung sebuah tombak yang lancip. Alat ini ditancapkan ke tanah dan proses mengupas kelapa pun dilaksanakan. Biasanya, dilakukan bersama beberapa orang pekerja lainnya.
Dalam sehari pekerja mampu mengupas buah kelapa antara 500-1.000 butir. BIasanya para pengupas sabut kelapa ini bekerja jika ada pesanan. Sehingga, mereka dapat berpindah-pindah tempat kerja dan berbeda majikan.
Dijelaskan Firdaus, untuk kelapa yang pecah, busuk dan berlubang karena hewan pengerat, maka biasanya kelapa ini dibelah dan dikeringkan untuk dijadikan kopra.
“Harga kopra ini memang sangat murah. Hanya Rp3.000 per kilo gramnya karena sudah kalah bersaing dengan minyak kelaap sawit. Namun, pengumpul kopra ini masih saja ada dan mau mengambil kopra-kopra milik petani,” ujarnya.
Walaupn saat ini banyak dipasaran santan kemasan instan, namun masyarakat tetap setia dengan santan segar hasil parutan dari kelapa-kelapa tua ini. Apalagi, saat ini, di setiap pasar-pasar tradisional telah mampu mengolah kelapa ini langsung menjadi santan. Sehingga pembeli tidak perlu repot memeras parutan kelapa yang mereka beli.
Dipasaran Balikpapan dan Samarinda, harga per butir kelapa parut menembus harga Rp8.000 per butir. Sementara santa instan ukuran kecil Rp.3.000 dan ukuran besar Rp.8.000. Pilihan kini berada di konsumen. Ingin santan kepala segar sehat tanpa tambahan pengawet atau memilih santan kelapa instan yang praktis namun rentan resiko bahan pengawet yang merugikan tubuh.(Humas6)