Memaksimalkan Pembangunan Sumber Daya Kelautan

by -191 Views

Oleh Mujahid Musthafa, SE

BERITAPENAJAM.Net- Indonesia merupakan negara kepulauan dengan kekayaan alam yang sangat melimpah, baik dari daratan maupun lautan. Besarnya kekayaan alam ini tidak terlepas dari letak geografisnya dimana tidak hanya dikelilingi lautan, juga tersebarnya gunung-gunung berapi yang menyebabkan tanah di Indonesia sangat subur sehingga tanaman-tanaman berupa sayuran menjadi sangat baik juga hewan ternak menjadi sehat.

Kekayaan alam ini pernah mengantarkan Indonesia menjadi salah satu importir terbesar bagi negara-negara lain karena kualitas hasil alamnya yang sangat baik. Ini terbukti dari publikasi Kemendagri bahwa terdapat 10 komoditas ekspor utama Indonesia, dimana 6 dari sektor dari daratan, 1 dari sektor lautan, dan sisanya berupa teknologi dan hasil olahan kerajinan tangan . Artinya, Indonesia masih bergantung pada sektor alamnya. Hanya saja, pemanfaatan alam tidak dioptimalkan secara menyeluruh. Misalnya saja dari sektor lautan, ekspor utama Indonesia hanyalah udang. Hal ini tidak sebanding dengan komoditas lainnya dimana mayoritas sektor utama Indonesia dari sektor daratan baik itu karet, kayu hutan, maupun kelapa sawit.

Mengutip pemikiran seorang ekonom bernama Kuznet, dia berpendapat bahwa  untuk membangun negara yang sedang berkembang dengan pendapatan yang rendah, terlebih dahulu mengorbankan aspek pemeratannya (trade off). Karna itu, menjadi wajar bila pemerintah memusatkan perhatiannya untuk mengalokasikan sumber daya pembangunan yang ada kepada sektor-sektor atau wilayah-wilayah yang berpotensi besar dalam menyumbang pertumbuhan ekonomi, yang dimana pada umumnya berada pada wilayah daratan dan perkotaan.

Wilayah pesisir dan laut tentu belum menjadi prioritas utama bagi pertumbuhan ekonomi secara nasional. Hal ini tentu saja menimbulkan disparitas antar wilayah yang semakin melebar. Hal ini sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), dimana angka indeks gini nasional dalam 4 tahun terakhir hanya mengalami penurunan dari 0,41 menuju 0,40. Artinya, wilayah pesisir hingga kini masih belum mengalami pembangunan yang berarti dalam kurun waktu tersebut.

Masyarakat pesisir tentu memiliki problema hidup yang khas. Selain dihadapkan pada keadaan alam yang keras, masyarakat pesisir yang didominasi oleh nelayan merupakan kelompok masyarakat yang masih berkutat dalam permasalahan perekonomian. Misalnya saja seperti permodalan usaha yang lemah, penghasilan yang tidak menentu karena hasil tangkapan yang berfluktuasi, dan posisi tawar yang lemah baik dalam hal penawaran input produksi maupun penjualan output produksi.

Beberapa penyebab ketimpangan ini adalah minimnya akses baik itu berupa informasi, pendidikan, kesehatan, dan juga lingkungan serta rumah tinggal yang kurang layak. Untuk mengatasi hal tersebut, sekiranya pemerintah daerah perlu untuk menerapkan pengelolaan pesisir secara terpadu dan pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Artinya, pengelolaan ini harus bersifat terus menerus (continously) yang dimana dalam membuat keputusan-keputusan tentang pemanfaatan, pembangunan, dan perlindungan wilayah menjadi bagian penting dalam perancangan pembangunan dan dapat diterima secara politis.

Pembangunan wilayah pesisir tidak bisa hanya dijalankan dalam kurun waktu 5 tahun, karena membangun ekonomi tidak hanya memperhatikan kapital pendapatan daerah, tetapi juga memperhatikan pembangunan masyarakatnya seperti memperhatikan berapa kenaikan pendapatan perkapita, apakah taraf hidup mereka juga meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, dan pendapatan yang merata.

Wilayah pesisir dan kelautan, sebagai identitas negara khususnya daerah-daerah yang didominasi pesisir selayaknya memprioritaskan pembangunan wilayah pesisirnya karena tidak bisa dipungkiri daerah pesisir dipandang sebagai daerah yang terbelakang. Ini diperparah dengan beberapa daerah yang tidak memperhatikan potensi paling besar wilayahnya (pemanfaatan kelautan). Pemerintah daerah juga harus melakukan upaya yang masif kepada masyarakat agar bisa berpatisipasi dalam membangun daerahnya. Salah satu cara membangun daerah pesisir adalah dengan melakukan diversifikasi perekonomian. Dengan menerapkan hal tersebut, pemasukan wilayah pesisir tidak hanya bergantung pada hasil tangkap nelayan dan kunjungan wisata pantai, tapi juga seperti meningkatkan budidaya terumbu karang, budidaya mutiara yang semakin lama semakin tinggi peminatnya, dan juga membangun rumah-rumah industri untuk mengolah hasil tangkap menjadi lebih beragam seperti presto, nugget, abon, sarden, dan lain sebagainya. Dengan demikian, pembangunan akan menjadi lebih merata dan kesejahteraan serta produktivitas akan dirasakan oleh semua pihak.(*/nit)

Leave a Reply

No More Posts Available.

No more pages to load.