BERITAPENAJAM.Net- Berlimpahnya buah pohon mangrove di pesisir Pantai Tanjung Jumlai wilayah Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Penajam, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), membuat Kelompok Usaha Wanita (KUW) Bina Bersama mengembangkan olahan makanan yang memiliki cita rasa buah mangrove.
Ketua Kelompok Bina Usaha, Siti Rukiyah mengungkapkan buah mangrove yang tadinya hanya dikenal penduduk setempat sebagai makanan kera atau monyet, kini berhasil meningkatkan pendapatan keluarga dengan olahan-olahan kue dan penganan yang inovatif.
“Buah mangrove hanya menjadi bahan pencampur rasa pada olahan makanan, tidak seratus persen diolah dari buah mangrove. Kita hanya mengambil cita rasanya saja,” ujarnya, Selasa (25/4/2017).
Dijelaskannya, buah mangrove diolah dengan melalui proses panjang berhari-hari sebelum dapat digunakan. Proses panjang mulai dari pencucian, perendaman, penjemuran yang berulang-ulang hingga memakan waktu tiga hari. Dengan demikian akan menghilangkan rasa buah mangrove yang asalnya sepat menjadi tawar atau netral.
“Ada juga oalahan cendol yang berasa khas buah mangrove. Selain itu juga terdapat beberapa olahan lain yang kesemuanya menggunakan campuran tepung buah mangrove,” tuturnya.
Siti Rukiyah mengatakan, kendala pengembangan olahan buah amngrove adalah masih adanya ketakutan masyarakat untuk mengonsumsi olahan buah mangrove, yang dianggap tidak lazim dimakan oleh manusia hingga dianggap mengandung racun yang berbahaya bagi tubuh.
“Buah mangrove kan menjadi makanan kera. Apa yang dimakan oleh hewan maka dapat pula dimakan oleh manusia. Apalagi kita mengolah buah mangrove setelah mendapatkan pelatihan. Kalau beracun dan berbahaya tentu kami duluan yang akan sakit,” ujarnya sambil tersenyum.
Ketua Kelompok Bina Usaha, Siti Rukiyah menerangkan setelah mendapat pelatihan setahun yang lalu dari perusahaan swasta yang beroperasi di Kabupaten PPU, kelompoknya kini berani mengembangkan olahan pangan dengan cita rasa khas buah mangrove.(Toy/Nit)
