BERITAPENAJAM, – Di balik perairan yang tenang di Penajam Paser Utara (PPU), tersimpan sebuah tradisi yang terus hidup, kerajinan bubu, perangkap ikan tradisional berbahan bambu. Tidak hanya menjadi bagian dari budaya lokal, bubu buatan tangan ini kini merambah pasar luas, menjangkau hingga Balikpapan dan Tarakan.
Ruslan, seorang pengrajin bubu di Kelurahan Nenang, Kecamatan Penajam, adalah salah satu sosok di balik cerita ini. Dengan alat sederhana seperti parang, pisau, dan tali rapia, ia mengubah bambu menjadi karya yang bernilai tinggi. Setiap unit bubu memakan waktu hingga dua hari untuk diselesaikan. Ketelitian menjadi kunci, mengingat setiap bubu harus kokoh agar mampu bertahan di perairan.
“Bubu yang kecil justru lebih sulit dibuat. Ketelitian ekstra dibutuhkan, itulah mengapa harganya bisa lebih mahal, mencapai Rp250 ribu per unit,” ujar Ruslan, Senin (09/12/2024).
Berbekal 15 batang bambu seharga Rp2.000 per batang, Ruslan dan pengrajin lainnya menciptakan bubu yang menjadi alat tangkap favorit nelayan. Ukuran besar dihargai sekitar Rp170 ribu, sedangkan ukuran kecil, yang memerlukan teknik lebih rumit, dihargai lebih tinggi.
Uniknya, bubu dari Penajam tak hanya dicari oleh nelayan lokal. Pesanan berdatangan dari luar kecamatan, bahkan dari kota-kota besar seperti Balikpapan hingga Tarakan, Kalimantan Utara. Hal ini menjadi bukti bahwa produk tradisional yang sederhana bisa bersaing di tengah modernisasi alat tangkap lainnya.
“Bubu kami dikenal karena daya tahannya. Nelayan lebih memilihnya dibanding alat tangkap modern, terutama untuk daerah perairan dangkal,” jelas Ruslan.
Namun, bukan tanpa tantangan. Harga bahan baku dan tenaga kerja yang meningkat menjadi tantangan utama. Meski begitu, semangat para pengrajin tak surut. Permintaan yang terus mengalir menjaga industri kerajinan ini tetap hidup.
Ruslan mengungkapkan kebanggaannya karena kerajinan bubu mampu menghidupi keluarganya sekaligus melestarikan warisan budaya. “Ini bukan hanya tentang menghasilkan uang, tetapi juga menjaga tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun,” tambahnya.
Kerajinan bubu dari Penajam adalah potret bagaimana tradisi lokal dapat terus berkembang di tengah perubahan zaman. Dengan desain yang unik dan kualitas yang teruji, bubu ini berpotensi menembus pasar yang lebih luas.
Melalui tangan-tangan terampil seperti Ruslan, bubu bukan sekadar alat tangkap ikan, tetapi simbol ketahanan budaya. Siapa sangka, di tengah modernisasi, warisan lokal ini tetap menjadi pilihan utama bagi nelayan sekaligus penggerak ekonomi di Penajam. (Sam/Bp2)